Minggu, 17 Oktober 2010

Memahami Alergi Makanan Laut

Kenikmatan menyantap makanan laut di pinggir pantai, ditemani deburan ombak dan terpaan angin laut, tiba-tiba bisa menjadi mimpi buruk jika anda mulai mengalami reaksi yang tidak menyenangkan di tubuh anda. Apakah anda mengalami alergi terhadap makanan laut? Bisa ya bisa juga tidak.

Makanan laut memang dikenal sering menimbulkan alergi. Makanan laut menempati urutan ketiga dalam hal makanan yang paling sering menimbulkan alergi.

Tiga jenis makanan laut yang dapat memicu alergi:

Ikan. Terdapat dua kategori ikan: “ikan bertulang keras” (contoh: salmon, cod, tuna, mackerel, sardine, ikan pedang) dan “ikan bertulang rawan” (contoh: hiu). Semua ikan bertulang keras mengandung parvalbumin, yaitu protein dalam ikan yang dikenal dapat memicu alergi.Sedangkan ikan bertulang rawan belum diketahui apakah mempunyai parvalbumin atau tidak.

- Crustacean. Contoh: kepiting, lobster, udang.

- Mollusk. Contoh: kerang, tiram, remis, ikan gurita, cumi-cumi.


REAKSI ALERGI

Reaksi alergi dapat muncul pada orang yang peka ketika orang tersebut:

- Memakan protein makanan laut

- Menghirup protein (misal, dari makanan laut yang sedang di masak)

- Menyerap protein melalui kulit (misal, ketika membersihkan makanan laut)


Reaksi alergi dimulai ketika sistem imun bereaksi secara berlebihan terhadap protein makanan laut, menganggapnya sebagai zat yang berbahaya. Untuk melawan protein, sistem imun melepaskan antibodi IgE ke sirkulasi darah. Antibodi ini berinteraksi dengan sel darah putih (sel mast dan basofil) untuk memicu pelepasan histamin dan berbagai zat kimia lain ke dalam darah. Histamin dan berbagai zat kimia inilah yang merangsang gejala alergi.

Reaksi alergi makanan laut dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala. Gejala umumnya muncul dua jam setelah terpapar, walaupun dalam beberapa kasus mungkin baru muncul dalam waktu 24 jam. Gejala yang muncul bisa bersifat ringan sampai parah.

- Gejala yang ringan sampai sedang bisa terdiri dari:

- Gangguan kulit: gatal, merah dan bengkak

- Gangguan saluran pencernaan: kram perut, diare, mual, nyeri ulu hati dan produksi gas berlebihan

- Gangguan saluran pernafasan: hidung berair, bersin, batuk atau kesulitan bernafas (lebih sering terjadi jika makanan laut terhirup)

- Gangguan rongga mulut: rasa geli di mulut atau bengkak di bibir, lidah atau tenggorokan.



Orang yang mengalami reaksi alergi sebaiknya sesegera mungkin mencari pengobatan karena terdapat kemungkinan gejala akan makin parah mengarah pada terjadinya “anaphylactic shock”. Gejala yang parah bisa berupa:

- Nafas pendek-pendek

- Rasa sesak di dada atau tenggorokan

- Tersedak

- Kehilangan kesadaran

- Tekanan darah turun drastis



REAKSI NON ALERGI

Dalam kasus lain, reaksi terhadap makanan laut bisa terjadi bukan karena alergi tetapi karena hal lain, diantaranya:

Keracunan histamine. Beberapa jenis ikan seperti mackerel, tuna, herring dapat mengeluarkan histamin. Saat seseorang memakan ikan tersebut, histamin ini dapat menimbulkan gatal dan pemerahan mirip reaksi alergi.

Alergi anisakis. Anisakis adalah sejenis cacing yang hidup di usus ikan dan beberapa makanan laut lainnya. Cacing ini bisa menimbulkan alergi, tetapi karena cacing bukan bagian sebenarnya dari ikan, tidak bisa disebut sebagai alergi makanan laut. Alergi terhadap cacing biasanya muncul pada ikan mentah atau ikan yang tidak dimasak hingga matang.

Alergi akuarium. Makanan untuk ikan akuarium sering terbuat dari protein yang berasal dari udang atau makanan laut lainnya. Makanan yang berbentuk kering ini mudah sekali terbang ke udara dan terhirup oleh manusia, memicu reaksi alergi di saluran pernafasan seperti asma, rhinitis alergika dan bronkhitis.

Alergi benzoate. merupakan reaksi terhadap bahan pengawet benzoat yang digunakan untuk mengawetkan berbagai jenis kerang. Banyak orang yang alergi terhadap bahan pengawet ini. Karena kerang sering diproses dengan jumlah pengawet yang cukup banyak kemungkinan dapat terjadi reaksi alergi yang cukup parah.



MENGHINDARI ALERGI MAKANAN LAUT

Orang yang alergi terhadap makanan laut harus berhati-hati terhadap berbagai produk yang mengandung makanan laut mereka juga sebaiknya membaca dengan baik label obat-obatan, kosmetik, krim maupun salep, karena beberapa produk mungkin mengandung makanan laut.

Jika anda terlanjur mengalami reaksi alergi, sesegera mungkin mencari pengobatan agar gejala tidak bertambah parah atau berlangsung terus menerus. Tenaga kesehatan mungkin akan memberikan antihistamin, obat pelega pernafasan atau obat steroid tergantung keparahan gejala.(dn!)

Sumber :
Century-pharma.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar